Jogja (ANTARA Jogja.com) - Tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta berhasil mengembangkan bio-baterai dari lumpur aktif sebagai alternatif energi listrik di masa depan.
"Lumpur aktif mengandung lebih dari 300 jenis bakteri. Kandungan mikroorganisme itu dapat mengantarkan arus listrik, sehingga memungkinkan lumpur aktif dimanfaatkan sebagai elektrolit bio-baterai," kata Ketua Tim Atini Wahyu Utami di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, lumpur aktif adalah flok yang terbentuk oleh mikroorganisme terutama bakteri, partikel inorganik, dan polimer exoselular yang mengendap di tangki penjernihan. Lumpur aktif biasa digunakan dalam pengolahan air limbah.
"Tahapan pengembangan dimulai dengan mengambil sampel lumpur aktif pada kolam fakultatif I Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT Sari Husada Tbk Yogyakarta. Sampel yang diperoleh telah diuji secara kualitatif di laboratorium tersebut," katanya.
Ia mengatakan dari uji karakterisasi jenis bakteri, fungi, protozoa, cilliata, dan rotifiers dalam lumpur aktif tersebut terbukti sampel mengandung bakteri-bakteri aerob yakni pseudomonas, alkaligenes, dan paracoccus.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan larutan induk lumpur aktif dan varian konsentrasi elektrolit lumpur aktif. Larutan induk lumpur aktif diperoleh dengan melakukan penyaringan dengan kertas saring hingga terpisah antara lumpur aktif pekat dan filtrat.
Menurut dia, agar bakteri-bakteri yang berada dalam lumpur aktif tidak mati, maka baik lumpur aktif yang telah disaring maupun yang belum disaring diaerasi. Aerasi bertujuan agar kandungan oksigen dalam lumpur tetap terjaga, sehingga kehidupan bakteri aerob dalam lumpur tetap berjalan baik.
Pada tahap selanjutnya dilakukan pengukuran beda potensial pada bio-baterai lumpur aktif dengan kombinasi elektroda dan variasi konsentrasi elektrolit lumpur aktif. Kombinasi elektrode yang digunakan adalah Cu-Al, Cu-Fe, Cu-Mg dan Cu-Zn dengan panjang masing-masing elektrode lima cm, lebar masing-masing elektrode satu cm, dan jarak antar elektrode empat cm.
"Dari pengukuran tersebut diketahui bahwa varian konsentrasi lumpur aktif terbaik adalah 25 gram lumpur aktif dengan kombinasi logam yang paling baik digunakan sebagai elektroda bio-baterai dengan lumpur aktif sebagai elektrolitnya adalah Cu-Mg dengan beda potensial terukur paling tinggi yakni 1,624 volt," katanya.
Ia mengatakan selama ini lumpur aktif yang telah digunakan dalam pengolahan air limbah dikeluarkan dan digunakan sebagai tanah perkebunan. Padahal lumpur aktif memiliki potensi yang besar untuk dijadikan bio-baterai.
"Dengan pemanfaatan lumpur aktif sebagai bio-baterai, selain dapat mengatasi kebutuhan alternatif energi listrik juga dapat mengatasi masalah lumpur aktif yang menjadi limbah setelah digunakan," katanya.
Menurut dia baterai merupakan sumber energi paling praktis dan murah yang digunakan masyarakat saat ini. Baterai yang umum dijumpai adalah baterai kering dan litium.
Namun, baterai tersebut memiliki kelemahan, yakni terdapatnya komponen elektrolit yang rentan bocor dan dapat menjadi limbah yang bersifat racun dan mencemari lingkungan.
"Oleh karena itu, diperlukan alternatif komponen baterai yang ramah lingkungan dan mudah diperoleh, yakni lumpur aktif," katanya.
Anggota tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNY yang mengembangkan bio-baterai itu adalah Novika Indriyani, dan Dwi Meyliana.