Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta, Kamis (10/5/2012) |
Pada kesempatan itu, Sri Sultan HB X mengajak kepada seluruh warga masyarakat untuk berintrospeksi diri dan membenahi diri serta satu diantaranya dengan cara meneladani sosok Sri Sultan HB IX, terutama di tengah karut marut kondisi bangsa belakangan ini.
Semisal korupsi yang merajalela, konflik SARA, bencana alam, serta berbagai persoalan lainnya yang mengancam semangat kerukunan dan perdamaian.
Dalam orasinya tersebut, Sri Sultan HB X mengajak bahwa hendaknya masyarakat bisa menangkap pesan, yang meliputi, pertama mengenai kesahajaan dan kesederhanaan seorang pemimpin yang tanpa pamrih kekuasaan. Kedua, desakralisasi kepemimpinan seorang sultan.
Ketiga, komitmen seorang pemimpin – peneladan bagi rakyat yang dimpimpinnya. Serta keempat, kepemimpinan perubahan yang berani mendobrak tradisi untuk mendorong kemajuan pendidikan.
Selain itu, Sri Sultan HB X juga menjelaskan bahwa Sri Sultan HB IX adalah sosok yang tidak pernah meninggalkan jati dirinya, meskipun sudah berada di tengah – tengah keluarga Belanda bahkan sejak berusia empat tahun.
“Walaupun saya telah mengenyam pendidikan barat yang sebenarnya, tetapi pertama – tama, saya adalah dan tetap orang jawa,” ujar Sultan ketika menirukan pidato Sri Sultan HB IX dalam pidato penobatannya. (*)
Penulis : Mona Kriesdinar || Editor : M Iwan Al Khasni SIP || jogja.tribunnews.com