Berita Terbaru :
Home » » HB IX Sangat Perhatikan Warga Merapi

HB IX Sangat Perhatikan Warga Merapi

Redaksi | Kamis, 12 April 2012 | dJogja info

Merapi-Meletus.jpg
TRIBUNNEWS.COM/IMAN SURYATNO
Letusan gunung Merapi pada 1 November 2010
 Memperingati Satu Abad atau Pahargyan Pengetan Satu Abad Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX, ratusan masyarakat DIY dan sekitarnya berziarah ke makam almarhum, di Kompleks Pemakaman Raja-raja Mataram Baru, Imogiri, di Kabupaten Bantul,  Rabu (11/4) malam. Sejak Rabu sore, warga sudah berdatangan ke makam tersebut.

Mayoritas peziarah berpakaian peranakan (pakaian tradisional, yang antara lain biasa dipakai abdi dalem keraton). Selepas isya, mulai terdengar lantunan  pembacaan ayat-ayat Alquran dan diikuti tahlil. Adapun Keluarga Keraton Yogyakarta diwakili oleh dua putera HB IX, yaitu Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo dan GBPH Prabukusumo.

Salah satu peziarah adalah Juru Kunci Gunung Merapi, Mas Asih alias  Mas Lurah  Suraksosihono. Anak ketiga almarhum Mbah Maridjan, mantan Juru Kunci Merapi, ini datang bersama rombongan dari Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, untuk memenuhi undangan keraton sekaligus meneruskan amanah sang ayah, yaitu  meneladani sifat-sifat HB IX.

Menurutnya,  sosok HB IX adalah pelindung masyarakat Yogyakarta dan sosok pahlawan yang bijaksana. Dirinya mengenang Sultan HB IX sebagai sosok yang sangat menaruh perhatian kepada masyarakat di sekitar Merapi, termasuk Kinahrejo.

Sedangkan GBPH Joyokusumo saat ditemui Tribun selepas acara tahlil mengatakan, acara Rabu malam ini adalah ziarah untuk mengenang Sultan HB IX. "(Tentang) bagaimana sepak terjang beliau, apa yang bisa dicontoh, dikembangkan dan dilestarikan dari beliau," ujar pria yang akrab disapa Gusti Joyo tersebut.

Ia menegaskan, ketokohan Sultan HB IX diakui multidimensional. Karena itu, rugi jika tidak melaksanakan ajarannya. Meski demikian pihak keluarga kreaton merasa tidak perlu untuk meminta pengakuan atas jasa-jasanya.

"Beliau berjuang secara ikhlas sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Mau dihargai atau tidak, itu bukan tujuan utamanya," jelas Gusti Joyo, yang juga adik Sri Sultan HB X.

Menurut Gusti Joyo, banyaknya jumlah peziarah menjadi salah satu bukti pengakuan masyarakat terhadap HB IX. "Kami tidak ngoyo woro. Ternyata masyarakat datang sendiri, ikut ziarah dan berdoa di sini," tambahnya.

Sebagai putera dari HB IX, dirinya menganggap sudah cukup merasakan dan menjalani  keteladanan dan pendidikan langsung Sultan HB IX. Minimal, hal itu akan diteruskan Gusti Joyo kepada putra-putrinya. 

Mengenai kondisi yang terjadi saat ini, yang diwarnai berbagai ketidakberesan, menurut Gusti Joyo, akibat kesalahan dalam pendidikan. Gusti Joyo mengutip ungkapan khas Sultan HB IX. "Meskipun berpendidikan barat, saya tetap orang timur," katanya.

Sedangkan mengenai kabar tentang suksesi Sultan HB X, Gusti Joyo dan Gusti Prabu tidak mau banyak berkomentar. "Bagi kami suksesi bukan perdebatan karena kami sudah tahu penggantinya. Sudah ada paugeran (peraturan, Red) yang berlaku di keraton," tegas Gusti Prabu. 

Hal sama disampaikan Gusti Joyo. "Yang ribut-ribut itu kan yang tidak tahu dan tidak punya hak paugeran. Buat apa ditanggapi," tandasnya.

Ia menambahkan, walaupun beberapa anak dalam keraton dilahirkan dari ibu yang berlainan tetapi mereka tetap satu bapak. Karena itu, tidak ada masalah dengan suksesi mendatang. Menurut dia, yang membuat masalah adalah orang-orang yang tidak tahu peraturan keraton dan tidak punya hak.

Sumber: www.tribunjogja.com
Penulis : Yudha Kristiawan     ||     Editor : Theresia Tuti Andayani
Share this post :
Comments
0 Comments

Posting Komentar