Berita Terbaru :
Home » » Puluhan Kincir Angin Hidupkan Perekonomian Pantai Baru Pandansimo

Puluhan Kincir Angin Hidupkan Perekonomian Pantai Baru Pandansimo

Redaksi | Sabtu, 31 Maret 2012 | dJogja info


Kincir-Angin-bantul.jpgTRIBUNJOGJA.COM/BAKTI BUWONO
Jajaran turbin angin bagian dari PLTH, di kawasan pesisir selatan, tepatnya di Pantai Baru Pandansimo, Desa Poncosari, Srandakan, Bantul.
TRIBUN JOGJA.COM, BANTUL - Siapa menyangka di kawasan pesisir selatan Kabupaten Bantul terdapat pembangkit listrik berteknologi tinggi dan ramah lingkungan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH)?  Letaknya di Pantai Baru Pandansimo, Dusun Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul, yang juga  dilewati Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS).

Pembangkit ini menggunakan turbin angin dan panel surya sebagai sumber energi. Pemiliknya, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). 

Di lokasi pembangkit ada sekitar 81 turbin angin dengan daya bervariasi, mulai dari 1 KW/48 V hingga 10 Kw/240 V. Ditambah 218 panel surya berdaya antara 100 Watt/12 V hingga 220 Watt/24 V. Penempatannya terbagi dua tempat, di sebelah timur dan barat pos PLTH yang berada tepat di kawasan Pantai Pandansimo.

Penarik perhatian warga adalah kumpulan turbin angin di  sebelah barat pos. Di sana ada 21 turbin angin 1 Kw/240 V yang dibangun dalam satu kawasan. Hanya, ketika Tribun datang ke lokasi itu,  Minggu (4/3) siang, puluhan turbin angin yang lebih akrab dengan nama kincir angin itu tidak berputar lantaran tak ada angin cukup besar untuk menggerakkan pembangkit listrik ramah lingkungan tersebut.

"Engga masalah. Jika tidak ada angin, panel surya yang jalan. Begitu juga sebaliknya," kata penjaga pos PLTH, Murjito, di kantornya, Minggu (4/3/2012) siang.

Murjito bercerita, pembangunan proyek Kemenristek itu tergolong cepat. Pada November 2010, proyek tersebut  mulai dibangun, dan Februari 2011 sudah digunakan. Fasilitas yang dialiri listrik waktu itu, antara lain, lampu penerangan warung, lampu kolam aquaponik, tempat pembuatan es balok dan fasilitas pos PLTH. Dari 87 KW energi yang dihasilkan PLTH, yang digunakan sekitar 22 Kw.

Proyek itu menghidupkan perekonomian kawasan wisata Pantai Baru Pandansimo. Sebelumnya, ratusan warung kuliner yang dibangun Maret 2010 tidak memiliki penerangan cukup; kalaupun ada, para pemiliknya menumpang pada aliran listrik penerangan jalan. Sejak Februari 2011, mereka bisa merasakan aliran listrik lebih lama, mengingat penerangan jalan hanya mulai hidup pada sore hingga malam hari.

"Sekarang paling tidak sekitar 70 persen teraliri listrik, ada yang 24 jam juga. Kalau pembagian listriknya satu jalur yang terdiri atas lima warung saya salurkan kekuatan dua ampere dengan pembatas daya, agar jika satu warung mati, lainnya tidak ikut mati," jelas Murjito.

Rekan sekerja Murjito, Hanindiyo, menuturkan, meskipun menjanjikan, penggunaan energi ini ada keterbatasannya. Semisal jika ada satu hari tanpa angin ataupun panas matahari, pihaknya pasti membatasi pasokan listrik. Jika baterai atau penyimpan energi listrik tidak terisi full, kadang pihaknya pun mematikan aliran listrik.

Perlakuan khusus terjadi pada akhir pekan. Jika aliran listrik tidak maksimal, pihaknya memilih mematikan mesin pembuatan es balok atau es kristal, demi menjaga kenyamanan pengunjung. Untuk saat ini, dengan besaran daya yang digunakan, energi itu belum mencukupi jika harus menerangi seluruh kawasan pesisir selatan.  "Harapannya ya bisa mencukupi penerangan di sini," tuturnya.

Ia menambahkan, dalam waktu dekat energi yang disalurkan di kawasannya akan bertambah. Pasalnya, dan sekitar Rp 1,23 miliar telah digelontorkan untuk proyek biogas. Total ada tiga digester (penampung biogas) berdiameter tujuh meter yang ditanam di kandang ternak milik kelompok ternak sekitar. Nantinya, ada warung-warung yang akan menggunakan gas yang dihasilkan proyek itu untuk bahan bakar  "Kalau untuk biotrik (listrik energi biogas, Red) sebenarnya bisa, dieselnya sudah ada,"  ucap Hanindiyo.

Namjun harapan tinggi itu rupanya tidak begitu disetujui seorang pemilik depot ikan kawasan wisata kuliner bernama Jaman (40). Menurutnya, proyek itu seharusnya bisa lebih bermanfaat untuk pedagang sekitar. Sejak dibangun, ia mencatat hanya ada sekitar tujuh warung yang listriknya menyala 24 jam. Untuk warung yang buka sampai siang berada pada kisaran 30 buah. Padahal, Jaman menghitung ada sekitar 110 warung kuliner di Pantai Baru Pandansimo.

"Masih ada yang belum (kebagian listrik). Seharusnya tidak setengah-setengah. semuanya dialiri 24 jam. Kalau suruh memilih, saat ini saya pilih Perusahaan Listrik Negara," tegasnya.

Baginya, pemesanan listrik lewat PLN lebih terjamin. Jika ia ingin memesan 500 Watt pasti langsung terpenuhi. Begitu pula jika ada kerusakan, pasti langsung direspons. Lain halnya dengan proyek yang ia sebut kincir angin itu.  Pihaknya harus melapor ataupun membuat permintaan tertulis dan tetek bengek lain.  "Sekarang kalau malam cuma beberapa warung yang nyala, kan kalau wisata bisa mati," ujarnya.  (*)
Share this post :
Comments
0 Comments

Posting Komentar