Para petani di Desa Gedangrejo, Gunungkidul, DIY, selalu menggelar upacara adat "cing-cing goling" yang ditandai dengan penyajian lebih dari delapan ratus ayam panggang sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan panen tahun ini.
Tokoh adat Desa Gedangrejo, Prayogo mengatakan setelah warga beserta pemangku adat desa berdoa untuk keselamatan seluruh penduduk dan kesejahteraan petani dalam ritual "cing-cing goling", ratusan ayam panggang, lauk pauk dan nasi dibagikan kepada para pengunjung serta masyarakat dekat bendungan.
Upacara Cing-cing Goling dapat dikategorikan sebagai upacara selamatan atau ungkapan rasa syukur. Perayaan ini rutin dilakukan setiap tahun di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul. Pada setiap perhelatannya, Upacara Cing-cing Goling mampu menjadi magnet yang menarik perhatian masyarakat, baik yang berasal dari Kabupaten Gunungkidul maupun dari luar daerah. Melihat potensi yang cukup besar tersebut, maka pada tahun 2009 lalu, Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul berupaya untuk mendata, mengkaji, dan mempromosikan Upacara Cing-cing Goling sebagai salah satu paket wisata budaya andalan Kabupaten Gunungkidul.
Menurut keterangan dari beberapa kalangan, Upacara Cing-cing Goling merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen masyarakat setempat dan para pelarian dari Kerajaan Majapahit. Peristiwa pelarian orang-orang Kerajaan Majapahit ditengarai terjadi ketika Kerajaan Majapahit berada di ambang keruntuhan pada abad ke-15. Saat itu Kerajaan Majapahit diperintah oleh Raja Brawijaya V. Para pelarian yang dipimpin oleh Wisang Sanjaya dan Yudopati ini, menempuh perjalanan dari Jawa Timur hingga tiba di daerah yang kini dikenal dengan nama Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
Di daerah ini, Wisang Sanjaya, Yudopati, dan pelarian lainnya mencoba membaur dengan penduduk sekitar yang tinggal lebih dulu. Penduduk setempat menerima mereka karena sikap mereka yang dikenal ringan tangan dan mudah bergaul. Ditambah lagi, penduduk setempat menganggap para pelarian ini telah berjasa besar dalam membantu mengamankan daerah Gedangan dari serbuan para penjahat yang kala itu sering datang dan mengincar hasil panen para penduduk.
Selain membantu mengusir para penjahat, pelarian dari Kerajaan Majapahit ini juga berusaha memajukan pertanian dengan cara membuat bendungan di Kali Dawe. Bersama dengan masyarakat setempat, para pelarian ini bahu-membahu membuat bendungan agar sawah di sekitar daerah Gedangan tidak kekurangan pasokan air. Usaha ini membuahkan hasil, sawah-sawah milik para penduduk Gedangan tidak pernah mengalami kekeringan (kekurangan pasokan air).
Bendungan yang dibangun atas usaha bersama antara pelarian dari Kerajaan Majapahit dengan penduduk sekitar tersebut diberi nama Bendungan Kali Dawe (Bendungan Kedung Dawang). Pada masa penjajahan Belanda, bendungan ini sempat dibangun ulang. Hingga kini, bendungan ini masih berfungsi sebagai pemasok air untuk irigasi lahan pertanian daerah Gedangan.
Ketika Bendungan Dawe selesai dibuat dan berfungsi untuk mengairi sawah serta tiba masa panen, para pelarian dari Kerajaan Majapahit dan penduduk setempat menggelar upacara selamatan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang mereka peroleh sekaligus meminta berkah untuk panen di masa yang akan datang. Upacara selamatan inilah yang kini dikenal dengan nama Upacara Cing-cing Goling.
Upacara Cing-cing Goling merupakan upacara adat sebagai ritual penghormatan terhadap roh leluhur ataupun roh pelindung masyarakat di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo. Perhelatan ini jatuh pada pascapanen ke-2, yaitu sekitar bulan Mei, Juni, dan Juli dan berlangsung menurut hari dalam pasaran Jawa, yaitu hari Senin Wage atau Kamis Kliwon. Upacara Cing-cing Goling dilaksanakan di Bendungan Dawe (Bendungan Kedung Dawang). Di tengah upacara biasanya disajikan pertunjukan tari yang bernama Tari Cing-cing Golin
A. Keistimewaan
Upacara Cing-cing Goling merupakan perpaduan dua unsur yang sebenarnya cukup berbeda, yaitu unsur Hindu yang dibawa oleh pelarian dari Kerajaan Majapahit dan unsur kejawen dari penduduk yang mendiami wilayah yang kini dikenal dengan nama Dusun Gedangan. Meski berbeda, kedua unsur ini ternyata bisa berpadu dengan apik yang dibuktikan dengan perayaan selamatan bersama yang terwujud lewat Upacara Cing-cing Goling. Para pelarian yang bisa membaur dan penduduk setempat yang mau menerima orang-orang asing menandakan bahwa kebudayaan lokal mempunyai kearifan tersendiri dan tidak antipati terhadap masuknya budaya pendatang.
Upacara Cing-cing Goling merupakan upacara selamatan yang berskala besar untuk ukuran sebuah perayaan adat. Setiap digelar, upacara ini menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Keperluan untuk upacara tersebut misalnya pembuatan tempat upacara, pembelian ratusan ayam (kadang mencapai 800 ekor) untuk keperluan upacara, pembelian berbagai sesaji, pementasan berbagai kesenian adat berupa cerita rakyat dalam bentuk fragmen yang berkisah tentang cerita pelarian orang-orang dari Kerajaan Majapahit (pada salah satu adegan terlihat puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian yang terdapat di sekitar bendungan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat, tanaman yang diinjak-injak saat berlangsung Upacara Cing-cing Goling itu akan bertambah subur), dan pementasan Tari Cing-cing Goling.
Ada hal yang menarik dari ritual persembahan ayam, yaitu kemasan berbentuk “tas” yang terbuat dari janur atau daun kelapa untuk wadah ayam tersebut. Kemasan dari janur ini kini sudah sangat langka ditemukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Gunungkidul.
Meskipun memerlukan biaya yang tak sedikit, tetapi Upacara Cing-cing Goling tetap dihelat setiap tahunnya. Masyarakat Gedangan menganggap upacara yang telah bertahan selama berabad-abad ini sebagai bagian dari adat dan harus dilestarikan.
B. Lokasi
Perayaan Upacara Cing-cing Goling digelar di Dusun Gedangan, Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul atau 8 km di sebelah timur dari Kota Wonosari.
C. Akses
Pengunjung yang akan singgah ke lokasi perhelatan Upacara Cing-cing Goling bisa menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua (2) maupun empat (4). Selain itu, pengunjung juga bisa memanfaatkan fasilitas angkutan umum dengan naik bus jurusan Yogyakarta-Wonosari dari Terminal Bus Giwangan, Yogyakarta dan turun di Terminal Wonosari. Setelah itu, pengunjung bisa naik angkutan berbentuk colt berwarna hijau dengan tujuan Kecamatan Karangmojo. Selain itu, pengunjung yang bermaksud akan menyaksikan perhelatan kebudayaan Upacara Cing-cing Goling bisa menggali informasi dengan menghubungi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul melalui no. telpon (0274) 391031.
D. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Dalam perhelatan Upacara Cing-cing Goling sering ditampilkan berbagai kesenian rakyat, seperti Tari Cing-cing Goling yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi perayaan upacara ini. Selain itu, sering juga ditampilkan cerita rakyat dalam bentuk fragmen yang berkisah tentang cerita pelarian orang-orang dari Kerajaan Majapahit yang akhirnya sampai di Gedangan dan membantu penduduk sekitar dalam mengusir penjahat dan membuat bendungan, sehingga kesulitan air yang selama ini dirasakan oleh penduduk Gedangan telah tuntas diselesaikan. Penampilan beberapa kesenian tradisional ini dapat memberikan informasi bagi pengunjung untuk mengenal lebih jauh kesenian khas dari Gunungkidul.
Selain mendapatkan pengetahuan tentang kesenian khas Gunungkidul, pengunjung yang menyaksikan secara langsung di sekitar Bendungan Dawe juga mendapatkan makan. Makanan berasal dari ayam dan lauk pauk yang dipakai dalam ritual Upacara Cing-cing Goling. Setelah pembacaan doa oleh pemangku adat untuk keselamatan seluruh penduduk dan kesejahteraan para petani, ratusan ayam (biasanya berbentuk ingkung), lauk pauk, dan nasi dibagikan kepada para pengunjung dan masyarakat sekitar yang tinggal di dekat Bendungan Dawe.
Sumber : jogjatrip.com, gudeg.net,kompas.com