Sebagian besar wilayah gunung kidul rawan kekeringan (Gambar : Media Indonesia) |
Sekretaris daerah (Sekda) Gunungkidul, Budi Martono menjelaskan bahwa pengeboran air tersebut merupakan bantuan dari salah satu perusahaan swasta di indonesia. “Direncanakan tim akan melakukan survei terlebih dahulu. Untuk waktunya, diperkirakan setelah lebaran. Sejauh ini kami terus berkoordinasi dengan perusahaan yang bersangkutan,” jelasnya kepada Tribun Jogja, Senin (9/7/2012).
Budi menjelaskan bahwa pihaknya juga akan menggandeng Badan koordinasi survei dan pemetaan nasional (bakosurtanal) dan Balai besar Opak-Serayu, terkait peta persebaran sungai bawah tanah. Hal itu lantaran sejauh ini Pemkab masih belum memiliki peta persebaran gua bawah tanah di Gunungkidul.
“Padahal peta persebaran sungai bawah tanah tersebut, sangat membantu dalam pengeboran sumur itu nantinya,” paparnya.
Budi menambahkan bahwa sembilan titik tersebut nantinya akan diprioritaskan di daerah rawan air, seperti wilayah pesisir Gunungkidul. Disinggung terkait kepastian tempat, Budi menjelaskan bahwa sejauh ini pihaknya belum mendapatkan daerah-daerah yang dipastikan akan dibuat sumur bor.
“Namun, proyeksi kita satu kecamatan nantinya akan mendapatkan satu sumur bor. Yang jelas, tentunya kecamatan yang kesulitan air,” jelasnya.
Sejauh ini, sesuai dengan rencananya sumur bor tersebut akan dibuat semacam penampungan air di titik simpul daerah yang kekurangan air. Nantinya penampungan air tersebut diambil melalui tangki air.
“Yang jelas nanti akan memudahkan masyarakat dalam kebutuhan air. Sehingga meminimalisir pembelian air tangki dari luar daerah, seperti yang sudah-sudah,” jelasnya.
Terpisah, peneliti gua bawah tanah dari Acintyacunyata Speleological Club (ASC), Bagus Yulianto menjelaskan bahwa pihaknya telah memiliki peta persebaran gua bawah tanah sejak penelitian tahun 1982 dan 1984. Dari data tersebut, terdapat sekitar 243 gua bawah tanah.
“Dari data tersebut, 10 persen diantaranya merupakan gua bawah tanah yang memiliki potensi air,” jelas Bagus.
Ia menjelaskan bahwa hingga penelitian yang dilakukan pihaknya di sekitar Gunungkidul, terdapat beberapa potensi sungai bawah tanah dengan debit air cukup besar. Sebagai contoh, sambung Bagus,menurut penelitiannya gua bawah tanah di wilayah Jepitu kecamatan Girisubo memiliki debit air sekitar 40 liter per detik. Sementara titik lainnya adalah Bekah kecamatan Puwosari yang memiliki debit air sekitar 200 liter per detik.
“Titik tersebut, sebenarnya bisa menjadi referensi bagi Pemkab. Sehingga bila benar-benar dioptimalkan mampu mengentaskan kekeringan yang selama ini menjadi lagganan,” ulasnya. Sementara, menurut Bagus dari penelitian dan asumsinya, setiap debit air 1 liter per detik mampu memenuhi sekitar 1000 jiwa, dengan pelaksanaan sekitar 50 persen. Sehingga, dengan mata air tersebut maka akan sangat menolong penduduk di wilayah Gunungkidul.
Sumber : jogja.tribunnews.com
Penulis : Igt Agung Ismiyanto || Editor : Theresia Tuti Andayani