SLEMAN (KRjogja.com) - Tahun 2011 lalu, fenomena ‘crop circle’ di kawasan Berbah Sleman Yogyakarta mengejutkan masyarakat. Misteri ‘crop circle’ inipun lantas dihubungkan oleh pihak tertentu dengan mistisisme Tantrisme Hindu, karena bentuk ‘crop circle’ tersebut identik dengan simbol Chakra Muladhara, pusat energi pada manusia, yang terletak di tulang ekor.
Spekulasi ini diperkuat pula oleh keberadaan beberapa candi Hindu di sekitar kawasan ini. Yang paling dekat Candi Abang yang terletak di dusun Candiabang, kelurahan Jogotirto, kecamatan Berbah, Sleman.
Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-IX dan ke-X pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi yang berbentuk seperti piramid ini dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batubata yang berwarna merah, dan diperkirakan mempunyai umur yang lebih muda dari candi-candi Hindu lainnya.
Bentuk candi ini berupa segi empat dengan ukuran 36 m x 34 meter, sekarang banyak ditumbuhi rerumputan sehingga dari jauh nampak mirip seperti gundukan tanah atau bukit kecil. Pada waktu pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni simbol dewa Shiwa berbentuk segidelapan, dengan sisi berukuran 15 cm.
Beberapa orang menganggap Candi Abang merupakan tempat penyimpanan harta karun pada zamannya, oleh karena itu candi ini sering dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab. Pada bulan November 2002 misalnya, terdapat oknum yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga ditempat itu.
Bentuk asli candi ini menyerupai bentuk piramida dengan alas 36x34 meter dan tinggi yang hingga sekarang belum bisa diperkirakan. Bagian tengah candi ini berupa sumur. Beberapa buah batu andesit juga ditemukan disekitar candi yang masih belum bisa diketahui secara jelas akan fungsinya.
Saat bencana gempa bumi Bantul beberapa tahun lalu, kawasan candi ini menjadi tempat berlindung warga yang ketakutan lantaran merebaknya isu tsunami. Pada pergantian tahun, candi ini juga ramai dikunjungi pengunjung karena letaknya yang agak tinggi, sehingga memiliki pandangan panorama yang cukup luas.
Sekitar 100 meter di bawah Candi Abang ini terdapat kompleks pertapaan Hindu yang disebut sebagai Situs Gua Sentono. Disebut gua karena disini terdapat tiga buah gua gua / ceruk berukuran relatif cukup kecil, hanya sekitar 3 x 3 meter.
Mulut ketiga gua tersebut menghadap ke arah barat. Pada gua di paling utara, terdapat arca lingga-yoni. Pada dinding gua tersebut terpahat relief Durga, Mahesasuramardhini, Mahakala, Agastya, dan Nandiswara. Pada malam Jumat Kliwon, lokasi ini juga ramai digunakan untuk tirakatan ataupun bersemedi.
Spekulasi ini diperkuat pula oleh keberadaan beberapa candi Hindu di sekitar kawasan ini. Yang paling dekat Candi Abang yang terletak di dusun Candiabang, kelurahan Jogotirto, kecamatan Berbah, Sleman.
Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-IX dan ke-X pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi yang berbentuk seperti piramid ini dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batubata yang berwarna merah, dan diperkirakan mempunyai umur yang lebih muda dari candi-candi Hindu lainnya.
Bentuk candi ini berupa segi empat dengan ukuran 36 m x 34 meter, sekarang banyak ditumbuhi rerumputan sehingga dari jauh nampak mirip seperti gundukan tanah atau bukit kecil. Pada waktu pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni simbol dewa Shiwa berbentuk segidelapan, dengan sisi berukuran 15 cm.
Beberapa orang menganggap Candi Abang merupakan tempat penyimpanan harta karun pada zamannya, oleh karena itu candi ini sering dirusak dan digali oleh orang tidak bertanggung jawab. Pada bulan November 2002 misalnya, terdapat oknum yang mencari harta peninggalan sejarah dan barang berharga ditempat itu.
Bentuk asli candi ini menyerupai bentuk piramida dengan alas 36x34 meter dan tinggi yang hingga sekarang belum bisa diperkirakan. Bagian tengah candi ini berupa sumur. Beberapa buah batu andesit juga ditemukan disekitar candi yang masih belum bisa diketahui secara jelas akan fungsinya.
Saat bencana gempa bumi Bantul beberapa tahun lalu, kawasan candi ini menjadi tempat berlindung warga yang ketakutan lantaran merebaknya isu tsunami. Pada pergantian tahun, candi ini juga ramai dikunjungi pengunjung karena letaknya yang agak tinggi, sehingga memiliki pandangan panorama yang cukup luas.
Sekitar 100 meter di bawah Candi Abang ini terdapat kompleks pertapaan Hindu yang disebut sebagai Situs Gua Sentono. Disebut gua karena disini terdapat tiga buah gua gua / ceruk berukuran relatif cukup kecil, hanya sekitar 3 x 3 meter.
Mulut ketiga gua tersebut menghadap ke arah barat. Pada gua di paling utara, terdapat arca lingga-yoni. Pada dinding gua tersebut terpahat relief Durga, Mahesasuramardhini, Mahakala, Agastya, dan Nandiswara. Pada malam Jumat Kliwon, lokasi ini juga ramai digunakan untuk tirakatan ataupun bersemedi.