Berita Terbaru :
Home » , » Bunker Misteri Tempat Persembunyian Pebatik Solo

Bunker Misteri Tempat Persembunyian Pebatik Solo

Redaksi | Kamis, 05 Juli 2012 | dJogja info

Sebuah bunker atau ruang bawah tanah ditemukan di sebuah rumah kuno milik seorang juragan batik bernama Harun Muryadi (65) di kawasan Laweyan, Solo. Keberadaan ruang tersebut sebenarnya telah lama diketahui pihak keluarga, namun masyarakat sekitar baru mengetahuinya belum lama ini.

Letak bunker itu berada di dalam rumah seluasnya sekitar 550 meter persegi. Mulut bunker berbentuk kotak dengan ukuran kurang lebih 60 x 75 meter. Akses dari atas menuju bunker dihubungkan dengan lorong sedalam 4 meter yang memiliki titian anak tangga permanen terbuat dari batu bata. Bagian dalam bunker berbentuk ruangan dengan panjang 3 meter dan lebar 3 meter serta memiliki ketinggian 4 meter tanpa dilengkapi lubang ventilasi.

Harun diwanti-wanti oleh orang tuanya untuk tidak memberitahukan keberadaan bunker tua tersebut kepada warga sekitar. Tanpa mengetahui alasannya, juragan batik ini pun menuruti pesan itu hingga sampai akhirnya dengan tidak sengaja ada warga yang mengetahui ruang misterius itu saat bertandang ke rumahnya.

“Saya tidak tahu manfaat bunker atau terowongan itu, namun orang tua saya dulu mengatakan bunker itu selain untuk menjadi tempat penyimpanan harta dari ancaman perampok juga sebagai terowongan butulan yang tembus ke tempat lain,” ujar Harun yang mengaku cicit canggah dari si pemangun rumah sekaligus pembuat bunker tersebut yang bernama Behi Kerto Yudho.

Kini rumah tua peninggalan keluarga tempo dulu ini ramai didatangi warga yang penasaran akan bunker tersebut. Setidaknya dalam sehari lebih dari 100 orang berdatangan untuk melihat dan membuktikan kabar itu.

Agar kondisi bunker tetap terjaga keasliannya, Harun melarang pengunjung untuk memasuki lorong bunker. Warga yang penasaran hanya diperbolehkan melihat dari atas dengan menggunakan penerangan lampu senter yang dipancarkan ke bawah lorong.

Sementara itu menurut sejarahwan dari Fakultas Sastra UNS, Soedharmono SU yang pernah melakukan penelitian terhadap juragan batik diera kompeni Belanda ini menilai, bunker di rumah Harun bukanlah untuk menyimpan harta benda, melainkan untuk menyembunyikan tenaga kerja pebatik dari kejaran pegawai dinas pajak Belanda. Pada masa itu Dinas Dalam Negeri (Belanda) yang mengurusi penarikan pajak sangat teliti menghitung jumlah pendapatan para juragan batik kawasan Laweyan, termasuk tenaga kerja pebatik yang dimilikinya.

"Kalau ada satu orang saja tenaga kerja pebatik bertambah, pegawai pajak yang bernama controlir yang posisisnya dibawah asisten residen bakal marah. Pada saat kritis itulah juragan batik menyuruh buruh batik untuk bersembunyi di bunker yang memang dibangun secara rahasia di rumahnya,” ungkap Soedharmono di kampus UNS, Rabu (4/7).

Rumah juragan batik di Laweyan Solo saat itu, tambahnya, akan memiliki dua lokasi untuk menyembunyikan buruh pabrik dari intimidasi pihak Belanda. Satu melalui lorong pintu di bagian belakang rumah dan kedua melalui bunker. (Hwa/krjogja.com)
Share this post :
Comments
0 Comments

Posting Komentar